Sabtu, 14 April 2012

Penundaan Kenaikan BBM


Apa yang Salah sih Antara Pemerintah, DPR, dan Rakyat

Penundaan naiknya harga BBM pada waktu kemaren sungguh sangat ironis sekali, kenapa? “kata salah satu mahasiswa Swasta di Depok. Pertama pemerintah salah menulis. Subsidi BBM hanyak untuk “rakyat MISKIN”. Mungkin apa karena mahasiswa ini kritis, dengan seletukan yang dalem. Pak pemerintah dan anggota DPR yang disana kami sedikit kecewa dengan kata-kata bapak di Spanduk besar yang dipajang diSPBU Pertamina dimana-mana. Kenapa? Karena subsidi itu buat “RAKYAT” mau dia miskin mau dia kaya. Intinya buat RAKYAT. Tapi kenapa bapak-bapak dan ibu-ibu tidak tau tata kerama kata perkata, gimana nanti rakyat kita ada kesenjangan social pak!. Dimana sopan santunmu, mungkin sebaiknya kata-katanya begini. “ Kami sangat berterima kasih buat para konsumen agar mengurangi atau tidak memakai BBM jenis Premiun, kerena kita harus menghormati para pekerja keras bangsa kita yang kurang beruntung dari kita, agar beliau dapat menikmati BBM jenis Premium.” yah walupun kata-katanya kurang menarik namun ada tatakerama menurut para pemerhati pemerintah dan anggota DPR yang masih di bangku sekolah.

Jujur sih, sebenarnya penulis tidak terlalu suka BBM naik, namun jikalau naiknya BBM sebanding dengan naiknya juga Upah Minimum Pekerja. Ini apa? “TIDAK” celetuk anggota komunitas Pemuda-Pemudi(CPP) di kampus. Yah mau gimana lagi APBN Negara kita carut marut sekali, dan sangat tidak efisien lagi untuk dikatakan Negara kaya raya. Yah setidaknya sumber daya alam kita kaya.
Insyaallah kita dan Negara kita makmur untuk kedepannya, akan tetapi kita sebagai generasi bangsa Indonesia yah hanya bisa berdoa dan berusaha. Pernah penulis dengar celotehan dari tokoh masyarakat Terogong yang bernama Bapak Alm. H. M. Nasir “Bangsa ini akan maju jika kita mempelajari sejarah, agar kejelekan dimasa lalu tidak akan terulang digenerasi yang akan datang. Dan majunya bangsa ini ada di tangan para generasi muda kita yangmempunya iman dan ketakwaan kepada tuhan yang maha esa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar